Baca Juga
Makalah Modal Kerja dan Deviden |
Makalah Modal Kerja dan Deviden
KATA PENGANTAR Makalah Modal Kerja dan Deviden
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah
Manajemen Keuangan “ Modal Kerja dan Deviden”. Atas dukungan
moral dan materil yang diberikan, dengan ini penulis mengucapkan
terima kasih.
Harapan
kami makalah ini bisa menambah khasanah keilmuan kepada pembaca serta
memberi manfaat kepada semua kalangan, terkhusus mahasiswa Program
Pasca Sarjana Universitas .
Makalah
Modal Kerja dan Deviden sebagai Tugas kuliah Manajemen Keuangan,
Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Terima
Kasih
Penulis
DAFTAR ISI Makalah Modal Kerja dan Deviden
KATA
PENGANTAR 1
DAFTAR
ISI 2
BAB
I PENDAHULUAN 3
BAB
II TINJAUN PUSTAKA 4
-
Modal Kerja 4
-
Deviden 14
BAB
III PENUTUP 27
-
Kesimpulan 27
-
Saran 28
BAB
I
PENDAHULUAN Makalah Modal Kerja dan Deviden
Perusahaan
merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa
melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien.
Setiap perusahaan yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal
kerja dan Kebijakan Deviden. Modal kerja itu antara lain digunakan
untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan
dan pembayaran biaya-biaya lainnya, sedangkan Kebijakan Deviden
adalah suatu langkah kebijakan pembagian keuntungan kepada pemilik
saham.
Manajemen
modal kerja dan deviden yang efektif dan efisien menjadi sangat
penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka
panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja maka besar
kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan
keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup
tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya
maka akan menghadapi masalah likuiditas.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA Makalah Modal Kerja dan Deviden
-
Modal Kerja
Gitman
(2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang
merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke
bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham
(1986) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi
perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek),
piutang, dan persediaan.
Pengertian
modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas
atau uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan
bahan baku, bahan pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau
pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka pendek.
Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan
dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
-
Konsep Modal Kerja
Bambang
Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep
yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.
-
Konsep Kuantitatif
Modal
kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau
jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang
persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana
aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula
atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek
atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
Berdasarkan
konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut
hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk
menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya
rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja
tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang
jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas
keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para
kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar
belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus
belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan
pada periode berikutnya.
-
Konsep Kualitatif
Menurut
konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan
sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk
membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini
biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital).
Definisi
ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar
yang lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat
keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan
operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
-
Konsep Fungsional
Modal
kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana
dalam menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan.
Setiap dana yang digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan dalam satu periode
akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut. Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan utuk
menghasilkan pada periode2periode selanjutnya atau dimasa yang akan
datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva
tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut
konsep ini adalah dana digunakan untuk menghasilkan pendapata pada
saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan,
diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain sebagainya.
Sedangkan
efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang merupakan modal
kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah
dibayar dan efek sudah dijual.
-
Jenis Modal Kerja
Menurut
WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam
beberapa jenis yaitu
-
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal
kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinyab.
-
Modal Kerja Normal
Modal
kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi
normal.
-
Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan.
-
Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal
kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
-
Volume Penjualan
Perusahaan
membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada
saat terjadi peningkatan penjualan.
-
Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi
dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
-
Perubahan dalam teknologi
Jika
terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses
produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
-
Kebijakan Perusahaan
Besar
Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
-
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu
pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang,
lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka
waktu penerimaan piutang.
-
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan
jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hr utk keperluan bahan
mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal
kerja makin besar jika :
-
Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
-
Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
-
Komponen Modal Kerja
-
Kas
Kas
adalah komponen aktiva yang paling aktif dan sangat mempengaruhi
setiap transaksi yang terjadi. Hal ini dikarenakan setiap transaksi
memerlukan sutau dasar pengukuran yaitu kas. Walaupun perkiraan kas
tidak langsung terlibat dalam transaksi tersebut, besarnya nilai
transaksi tetap diukur dengan kas.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kas hanya diartikan sebagai mata uang yang
digunakan sebagai alat pembayaran dan alat pertukaran. Berdasarkan
pengertian akuntansi, kas meliputi uang dan alat pembayaran lain yang
disamakan dengan uang atau pembayaran untuk mempermudah jalannya
suatu transaksi. Disamping itu, kas juga merupakan suatu aktiva yang
mudah diselewengkan dan digunakan dengan semestinya oleh karyawan,
karena kas merupakan aktiva yang paling mudah dipindahtangankan.
Banyak
transaksi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak hanya terbatas
pada uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja, melainkan
meliputi semua jenis aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera
untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan.
Dari
segi akuntansi, yang dimaksud dengan kas adalah : “Segala sesuatu
(baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan
segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai
nominalnya.” (Soemarso, 2004:320).
Kas
meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos (kiriman uang lewat
pos; money orders) dan deposito. Perangko bukan merupakan kas
melainkan biaya yang dibayar di muka atau beban yang ditangguhkan.
Pada umumnya, perusahaan membagi kas menjadi dua kelompok, yaitu :
-
Kas kecil (Petty Cash/Cash on Hand)
Merupakan
uang kas yang ada dalam brankas perusahaan yang digunakan untuk
membayar dalam jumlah yang relatif kecil, misalnya pembelian
perangko, biaya perjalanan, biaya telegram dan pembayaran lain dalam
jumlah kecil.
-
Kas di bank (Cash in Bank)
Merupakan
uang kas yang dimiliki perusahaan yang tersimpan di bank dalam bentuk
giro/bilyet dan kas ini dipakai untuk pembayaran yang jumlahnya besar
dengan menggunakan cek. (Hery 2014:27)
Sistem
pencatatan dan metode penilaian dari kas kecil dan kas di bank
berbeda. Kas di bank menggunakan prosedur rekonsiliasi bank yang
dilakukan secara periodik antara pihak perusahaan dengan pihak bank.
Sedangkan kas kecil, terdapat dua metode pencatatan, yaitu Imprest
Fund System (Sistem dana tetap) dan Fluctuation Fund System
(Sistem dana berubah).
Adapun
fungsi dari kas sebagai berikut :
-
Sebagai alat tukar atau alat bayar dalam jumlah besar/kecil.
-
Alat yang diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominalnya.
-
Kas juga digunakan untuk investasi baru dalam aktiva tetap.
-
Piutang
Piutang (Bahasa
Inggris: accounts
receivable,
AR) adalah salah satu jenis transaksi akuntansi yang
mengurusi penagihan konsumen yang
berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi
untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut.
Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan
membuat tagihan dan
mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam
suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
Piutang
juga disajikan dalam keuangan negara sejak penerapan sistem akuntansi
berbasis akrual pada pelaporan keuangan negara berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Definisi
"Piutang Negara" diketahui terdapat dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan melalui Undang-Undang Nomor 49 Prp.
Tahun 1960 tentang Panitya Urusan Piutang Negara yang hingga saat ini
(November 2012 masih berlaku). Selanjutnya, setelah Republik
Indonesia menganut otonomi daerah, "Piutang Negara"
memperoleh definisi yang berbeda dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara dengan perspektif pelaksanaan
otonomi daerah
-
Persedian
Persediaan adalah
bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang
nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa
adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko
dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para
pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi
perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi
kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya
didapatkan.
Menurut
(standar
akuntansi keuangan, 1999) pengertian
persediaan adalah
aktiva:
-
yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
-
dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
-
dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian
persediaan dalam
hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu
tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan
atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu
penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada
prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi
perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada
para pelanggan atau konsumen.
Alasan
diperlukannya Persediaan
-
dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
-
alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Manfaat
adanya persediaan
-
menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
-
menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
-
mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
-
mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
-
mencapai penggunaan mesin yang optimal
-
memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
-
membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
-
Deviden
-
Pengertian Kebijakan Deviden
Pengertian
kebijakan dividen (Deviden
Police) menurut
Agus Sartono (2008:281) menyatakan bahwa : “ Kebijakan dividen
adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk
laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang ” .
Pengertian
kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa
:
“Kebijakan
dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian
pendapatan (earning)
antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang
berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .
Sedangkan
pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167)
menyatakan bahwa :
“Kebijakan
dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan,
khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini
karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar
kecilnya laba yang ditahan”.
Laba
ditahan (retained
earning)
dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling
penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen
merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf saham atau
(equity
inventors).
Apabila
perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan
mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber
dana intern atau internal
financial.
Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh,
maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.
Macam-Macam Deviden
Berdasarkan
bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua
jenis yaitu; deviden tunai (cash
dividend)
dan deviden saham (stock devidend).
Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang
tunai. Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk
saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu deviden tunai tentunya
sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu
deviden saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar deviden saham
dibagi dengan rasio deviden saham. Berdasarkan periode satu tahun
buku maka deviden dapat dibagi atas dua jenis yaitu; deviden interm
dan deviden final. Deviden interm merupakan deviden yang dibayarkan
oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya
atau antara deviden final satu dengan deviden final berikutnya. Di
Indonesia pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali
dalam setahun. Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan
setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang
dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Deviden final ini juga
memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan deviden
interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.
Macam-macam Kebijakan Dividen
Kebijakan
dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya
bisa bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan
bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh
perusahaan antara lain sebagai berikut:
-
Kebijakan dividen yang stabil
Banyak
perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya
jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif
tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar
saham setiap tahunnya berfluktuasi.
-
Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
Kebijakan
ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
-
Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
Jenis
kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio
yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan
dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa
jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan
berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang
diperoleh setiap tahunnya.
-
Kebijakan dividen yang fleksibel
Kebijakan
dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang
fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi
financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.
Stock Deviden
Stock
Deviden adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham
dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu
sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut
disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai
jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen.
Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang
jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan memberikan stock deviden adalah
untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang lebih
menguntungkan.
Stock Split
Merupakan
kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara
pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak
dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara
proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi
lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga saham
dalam trading range tertentu.
Trading
Range Theory
Memberikan
penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas perdagangan
saham. Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu
tinggi sehingga kurang menarik diperdagangkan. Manajemen berupaya
untuk menata kembali harga saham pada rentang harga tertentu
yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin
banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan
adanya stock split, harga saham akan turun sehingga akan banyak
investor yang mampu bertransaksi. Trading
Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan
bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi
pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock
split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Di mana
selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas harga yang
optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham adalah
untuk meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak
pelaku pasar modal yang mau memperjualbelikan saham yang
bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas
saham. Likuidity
hypothesis,
yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah,
sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli
saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat.
Signaling
Theory menyatakan
bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split adalah
perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman
stock split juga mmerupakan sinyal bahwa earing
dan cash deviden akan
meningkat. Peningkatan earing
dan cash deviden merupakan
gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split memerlukan biaya
yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja yang
baik saja, yang dapat melakukan stock split.
Repurchasing
of stock
Sebagai
alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash
dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada
pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan (
repuchasing stock ).
Keuntungan
stock repurchase bagi pemegang saham :
-
Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “ undervalued “.
-
Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
Kerugian
bagi pemegang saham :
-
Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
-
Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor menyukai dividen.
Keuntungan
bagi perusahaan :
-
Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal ( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
-
Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
-
Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar.
-
Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana.
Kerugian
bagi perusahaan adalah :
-
Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini.
-
Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
Jika
harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai,
pada pasar yang sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi
untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari pemberian dividen ),
investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang
tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap
salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.
Ada
3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
-
Saham dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )
-
Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
-
Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar ( pendekatan negotiated basis )
Teori Kebijakan Deviden
Terdapat
beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden
diantaranya yaitu:
-
Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)
Teori
yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai
pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. MM
menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh
kebijakan deviden. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga
saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga
saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang
saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk
pembayaran deviden atau menerimanya dalam bentuk capital
gain.
Kemakmuran pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi
oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
-
The Bird in The Hand Theory
Gordon
dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk
memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden daripada
menunggu capital
gain.
Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis
bahwa investor merasa sama saja apakah menerima deviden saat ini atau
menerima capital
gain dimasa
datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa para investor memandang
satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara.
Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan
untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama
atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat
resiko pendapatan mereka dimasa datang bukannya ditentukan oleh
kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi
baru.
-
Tax Preference Theory
Investor
menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan
dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada deviden dalam bentuk
kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend
payout ratio yang
rendah atau bahkan membagikan deviden. Karena deviden
cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital
gain,
maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk
saham dengan dividendyield yang
tinggi.
-
Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)
Deviden
adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat
dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Menurut
Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan
dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
-
Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi
kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham.
-
Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang
Apabila
perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari
laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari
pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya
sebagian kecil saja dari pendapatan atau earningyang
dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus
menetapkan dividen
payout ratio yang
rendah.
-
Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin
cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan
akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin
besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk
menahan earningnya daripada
dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan
mengingat batasan-batasan biayanya.
-
Pengawasan terhadap Perusahaan
Pada
pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control”
terhadap perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.
Berikut
berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (Sartono,
2001) :
-
Kebutuhan dana perusahaan
Kebutuhan
dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan factor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil.
Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa
datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan,
pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang
mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam
analisis kebijakan deviden.
-
Likuiditas
Likuiditas
perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan
deviden. Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka
semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan
akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
- Kemampuan meminjam
Kemampuan
meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas
likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal
dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar
dan establish akan
memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam
yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar
kemampuan membayar deviden.
-
Keadaan pemegang saham
Jika
perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan
dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada
dalam golongan high
tax (pajak
yang lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital
gains,
maka perusahaan dapat mempertahankan dividend
payout yang
rendah. Dengan dividend
payout yang
rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan
laba untuk kesempatan investasi yang profitable.
Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat
menilai deviden yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
-
Stabilitas deviden
Bagi
para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik
daripada dividend
payout ratio yang
tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat
pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang
positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan
indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko
perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan
dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil.
BAB
III
PENUTUP Makalah Modal Kerja dan Deviden
A.
Kesimpulan
Modal
kerja dan Deviden merupakan aspek penting dalam manajemen
pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaaan tidak dapat
mempertahankan tingkat modal kerja dan pembagian keuntungan yang
memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan
”insolvent” (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah
jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi atau
bangkrut. Dalam perusahaan atau badan usaha salah satu peranan modal
kerja dan deviden adalah menjamin kontinuitas perusahaan yang
menyangkut penggunaan modal dan penyaluran modal, sehingga dapat
menentukan biaya operasional yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada
masalah seberapa besar tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan
modal kerja yang harus dikelola perusahaan serta kebijakan deviden
yang bijak.
Dalam
analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena
neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil
keputusan pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat
dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan
dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk
memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana
untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan
efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana kebijaksanaan
yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang
ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
B.
Saran
Dengan
adanya makalah modal kerja dan deviden ini, diharapkan kepada para
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya dapat mengetahui,
memahami dan menambah wawasan tentang Manajemen Modal Kerja dan
Deviden serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Atika
Jauhari Hatta. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Deviden. Anonim. 2010. Modul Manajemen Keuangan. Depok.
James,
dkk (2009) Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Salemba empat,
Jakarta.
Keown,
dkk (2008). Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Indeks, Indonesia
Latiefasari
Hani Diana. 2011. Anallisis yang mempengaruhi factor-faktor Kebijakan
Deviden. Skripsi Sarjana. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
Manullang.
2005. Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi
Syamsuddin,
Lukman. 2007. Menejemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar