Baca Juga
MAKALAH BAKTERIOLOGIJENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
OLEH
:
KELOMPOK
2
AISYAH
PROGRAM STUDI D3 ANALIS
KESEHATAN
KATA PENGANTAR MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
Puji syukur
saya panjatkan kehadiran allah SWT atas rahmat da hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya
sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah BAKTERIOLOGI
Dalam
penyusunan makalah ini, banyak hambatan yang penulis hadapi namun penulis
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan laporan ini tidak lain berkat
bantuan, arahan, bimbingan orang tua, dan dosen pembimbing sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing yaitu Sri
Suharsi yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, juga telah
memberi kami arahan sehingga kendala yang dihadapi dapat terselesaikan.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khusunya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai. Penulis menyadari bahwa halnya makalah ini belum serta merta
sempurna, Untuk itu apabila ada kekurangan dalam laporan ini penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam penyusunan
laporan selanjutnya penulis dapat meperbaiki kesalahan yang lalu.Sekian dan
terima kasih.
Makassar, 16
April2017
Penyusun.
DAFTAR
ISI MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
Kata Pengantar...................................................................................................... 2
Daftar Isi............................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan.............................................................................................. 4
1.1
Latar Belakang.................................................................................... 4
1.2
Rumusan Masalah............................................................................... 4
1.3
Tujuan.............................................................................. ................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ .... 6
II.1 Bakteri Haemophilus 6
II.2 Neisseria meningitides 8
II.3 Streptococcus pneumonia
11
BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A.
Kesimpulan................................................................................................ 14
B.
Saran.......................................................................................................... 14
Daftar Pustaka....................................................................................................... 15
BAB IPENDAHULUAN MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
1. Latar Belakang
Infeksi pada sistem syaraf pusat dan
pada jaringan disekitarnya merupakan kondisi yang mengancam jiwa. prognosis
tergantung pada identifikasi tempat dan jenis pathogen yang menyebabkan
terjadinya inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic yang
efektif secepat mungkin. Olehkarena analisis LCS, biopsy, dan analisis
laboratorium merupakan Gold standard untuk mengidentifikasi pathogen penyebab
meningitis, neuroimaging merupakan pemeriksaan yang sangat penting untuk
menggambarkan letak lesi pada otak dan medulla spinalis.
gambaran pola lesi menentukan diagnosis
yang tepat dan menentukan tatalaksana terapi selanjutnya. khususnya,
neuroimaging memiliki peran yang sangat penting pada penyakit-penyakit
oportunistik, bukan hanya untuk penegakan diagnosis, namun juga untuk memantau
respon terapi. makalah ini membahas penemuan terkini dalam bidang neuroimaging
pada infeksi system saraf pusat seperti meningoensefalitis bacterial,
ventrikulitis dan infeksi medulla spinalis, baik oleh virus, bakteri maupun penyakit
oportunistik pada system saraf pusat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana
kalasifikasi, morfologi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan Bakteri
Haemophilus influenza ?
2. Bagaimana
kalasifikasi, morfologi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan terhadap
bakteri Neisseria meningitides ?
3. Bagaimana
kalasifikasi, morfologi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan terhadap
bakteri Streptococcus pneumonia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi system saraf
2. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan
dari bakteri Haemophilus influenza
3. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan
dari bakteri Neisseria meningitides
4. Untuk mengetahui klasifikasi, pathogenesis, gejala klinis dan pengobatan
dari bakteri Streptococcus pneumonia.
BAB IIPEMBAHASAN MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
2.1
Haemophilus influenza
A. Klasifikasi
Divisi : Bakteri
Kelas : Schizomicetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Haemophilunaceae
Genus : Haemophilus
Spesies : Haemophilus influenza
B. Morfologi
Haemophilus influenzae adalah kelompok
bakteri yang dapat menyebabkan berbagai jenis infeksi pada bayi dan anak-anak. Bakteri
yang semula disebut Bacillus Pfeiffer ini diartikan juga sebagai organisme yang
hidup bebas pertama yang memiliki seluruh genome sequencing. Haemophilus
influenzae atau yang biasa disingkat H. influenzae adalah bagian dari
mikroflora normal pada bagian atas saluran pernapasan pada manusia. Haemophilus
influenzae bergerak di antara sel-sel epitel pada saluran pernapasan untuk
menginvasi dan menimbulkan penyakit.
Haemophilus influenzaemempunyai ukuran
1 m x 0.3 m. Bakteri ini bebentuk batang negative Gram dan merupakan bakteri
yang tidak harus membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Pada
tahun 1930, bakeri ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu koloni R yang
dibentuk oleh kuman-kuman yang tidak ramah lingkungan (tak bersimpai) dan koloni
S yang dibentuk oleh sebaliknya, yaitu oleh kuman-kuman yang bersimpai.
Haemophilus influenzae sangat peka
terhadap desinfektan dan kekeringan. Bakteri ini tumbuh optimum pada suhu 37oC
dan pada pH 7.4 sampai 7.8 dalam suasana CO2 10%. Tumbuh di media
kultur yang membutuhkan faktor X (hemin) suatu derivat haemoglobin yang
termostabil, dan faktor V (NAD atau NADP) yang termolabil. Media kultur yang
digunakan untuk membiakkan Haemophilus influenzae adalah agar coklat (karena
mengandung faktor X dan V). Haemophilus influenzae juga dapat dibiakkan di
media agar darah jika diinokulasikan bersama bakteri lain yang menghasilkan dan
melepaskan NAD (misal: Staphylococcus aureus), dan dikultur itu akan terlihat
mengelilingi bakteri penghasil NAD tersebut atau disebut fenomena satelit.
Bakteri Haemophilus influenzae mempunyai kapsul, dan tidak bergerak.
Bakteri ini dapat ikut aliran darah atau terkadang menetap di sendi
dan dapat menyebar melalui droplet pernafasan atau melalui kontak langsung.
C. Patogenesis
H. influenzae menyebabkan sejumlah
infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media,
dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. H.
influenzae dapat menyebabkan pembengkakan saluran pernapasan bagian atas
yang hebat yang mengakibatkan obstruksi dan sering menyebabkan kematian kurang
dari 24 jam. Hal ini terjadi karena flu yang diderita sudah sangat berat
sehingga menyebabkan meningitis. Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada
meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang.
Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun
jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.
Bakteri ini masuk kedalam tubuh melalui udara yang dihirup, kemudian menetap didalam
tubuh. Didalam tubuh manusia, bakteri ini mengadakan pembelahan dan
berkembangbiak dengan jumlah yang banyak, kemudian masuk ke dalam darah sampai
ke otak, apabila bakteri ini sudah masuk dan menyebar kedalam peredaran darah
(bersifat sistemik) dan masuk ke otak, maka dapat menyebabkan kematian.
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala klinis yang disebabkan penyakit ini cukup
banyak, tergantung letak infeksi dan jenis penyakit yang disebabkannya.
Anak-anak mungkin memiliki gejala klinis yang berbeda tiap pribadi, namun jika
disimpulkan, gejala klinis tersebut adalah Irritability (kekurangan makanan dan
nutrisi saat bayi, demam (pada bayi prematur temperaturnya dibawah normal),
sakit kepala, muntah, sakit di leher, sakit di punggung, posisi badan yang
tidka biasa, kepekaan terhadap cahaya, epiglottitis, dyspnoea (sulit bernafas),
dysphagia (sulit menelan), septic arthritis, cellulitis, pneumonia, sepicaemia,
osteomyelitis, bacteramia, dan empyema. Kasus Hib jarang terjadi pada bayi di
bawah 3 bulan atau di atas 6 tahun. Biasanya terjadi pada umur 4-18 bulan.
E. Pengobatan
Pemilihan antibiotika yang akan
digunakan dapat ditentukan dengan tes kepekaan secara in vitro. Kebanyakan H.
influenzae peka terhadap ampisilin, khloramfenikol, tetrasiklin, sulfonamida
dan kotrimoksasol, dan terapi dengan salah satu atau kombinasi obat-obat ini,
namun kepekaan kumannya sendiri dan hasil suatu terapi tidak dapat
diperkirakan. Terapi untuk anak atau bayi yang terinfeksi meningitis karena Hbi
dapat diberikan dexamethasone atau campuran dari cefotaxime sodium/ceftriaxone
sodium/ampicillin dengan chloramphenicol.
2.2 Bakteri Neisseria Meningitidis
A.Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Order : Neisseriales
Family : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Species : N. meningitidis
B. Morfologi
Bakteri Neisseria meningitis
(meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan karakteristik morfologinya
dengan Neisseria gonorrhoeae. Ciri khas bakteri ini adalah berbentuk diplokokus
gram negative, berdiameter kira-kira 0,8 μm. Neisseria meningitis tidak
bergerak (nonmotil) dan tidak mampu membentuk spora. Masing-masing dari
kokusnya berbentuk seperti ginjal dengan bagian yang rata atau cekung
berdekatan. Bakteri meningokokus ini dapat mengalami otolisis dengan cepat, hal
ini khususnya dalam lingkungan alkali. Bakteri N. meningtidis ini memiliki
enzim oksidase. mikroorganisme ini paling baik tumbuh pada perbenihan yang
mengandung zat-zat organik yang kompleks (misalnya : darah atau protein
binatang dan dalam atmosfer yang mengandung CO2 5 %).
Struktur koloni bakteri ini terdiri dari minimal 8
golongan sero menigokokus (A, B, C, D W-135, X, Y dan Z). Golongan telah
dikenal melalui kekhusuan imunologi dari masing-masing kapsul polisakaridanya.
Pada polisakarida golongan A adalah suatu polimer dari suatu N-asetilmanosamin
fosfat. Sedangkan polisakarida golongan C adalah suatu polimer dari asam N
asetil O asetineuraminat.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A. Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik untuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.
Untuk antigen meningokokus ini dapat ditemukan dalam darah dan cairan serebrospinal. Pada belahan dunia bagian barat penyakit meningitis yang disebabkan oleh N. meningitidis ini terutama disebabkan oleh meningokous golongan B, C, W-135 dan Y, sedangkan di afrika penyakit ini disebabkan oleh golongan A. Pada nucleoprotein meningokokus (zat P) memiliki beberapa efek toksik untuk manusia namun hal ini tidak spesifik untuk organisme ini.
C.
Patogenesis Dan Manifestasi Klinik
Meningokokus masuk ke dalam tubuh lewat
traktus aspiratorius bagian atas dan berkembang biak dalam selaput nasofaring.
Penyebaran meningokokus lewat aliran darah mengakibatkan terjadinnya lesi
metastetik di berbagai tempat di badan, misalnnya kulit,selaput otak,
persendian dan paru-paru.manifestasi kliniknnya tergantung kepada
lokasi metastasis.
Penyakit yang timbul dapat berupa demam ringan yang
dapatdisertai dengan faringitis tanpaa disertai manifestasi spesifik lainnya
dari infeksi meningokokus. Penyakit sistemik yang ditandai demam dan
prostasi leebih mudah diketahui.tidak jarang timbul suatu macula eritematosa,
yang disusun dengan munculnnya suatu pethikiae yang terus berkembang menjadi
suatu ekhimosis. Purpura siklusitik inididahului oleh suatu emboli
meningokokuss dan dianggap suatu tanda khas untuk penyakit yang berat.
Meningokoksemia dapat disertai meningitis, perikarditis, dan penyakit padaa
organ-organ lainnya.
D.
Diagnosis Laboratorium
Infeksi meningokokus terutaamaa
didiagnosis dengan cara identifikasiNeisseria meningitidis dalam
bahan yang didapat dari penderita. Jika bahan berupa eksudat ,misalnnya likuor
serebrospinalis, maka dapat dibuat diagnosis presumptive yang cepat dengan cara
menemukan diplokokus negative gram dalam sediaan apus. Kuman kadang-kadang juga
dapat ditemukan dalam sediaan apus yang berasal dari petekhiae. Dalam kasus
septicemia, kuman juga daapaat ditemukan dalam sediaan apus darah
tepi.
Bahan pemeriksaan dapat berupa darah, likuor
seebrospinalis, bahan dari pethekiae, cairan sendi, usap tenggorok atau
nasofaring. Medium selektif Thayer-martin dipergunakan untuk pemeriksaan
bahan yang mengandung bermacam- macam bakteri, sedangkan bahan-bahaan yang
berasal dari darah,likuor, atau bahan-bahan yang secara normal steril, ditanam
dalam kaldu trypticase soy atau pelat agar coklat dalam cukup CO2.
Counter current immunooelecthroporesis adalah suatu
tekhnik atau cara yang dipakai untuk identifikasi polisakarida meningokokus
dalam darah, likuor dan cairan sendi secara cepat. Adannya antibody serum dalam
penderita dapat diketahui dengan hemaglutinasi hambaatan pasif atau dengan
radioactive antigen biding test merupakan cara yang paling sensitive saat ini.
E. Pengobatan
Orang yang terkena
bakteri Neisseria meningitidis dianjurkan memperoleh bantuan medis
dengan segera. Pasien akan memperlukan perawatan di rumah sakit. Kalau tidak
dapat diberi obat penicillin untuk mengobati infeksi terkena
bakteri Neisseria meningitidis, karena bakteri ini sensitive terhadap
penicillin dengan kosentrasi hambatan minimum 0,3 mikrogram/ml.. penicillin Gin
aqua diberikan secara intravena dengan dosis tinggi. P ada penderita yang sensitive penicillin, kloramfenikol merupakan
terapi alternative yang efektif. Selain itu perlu juga dihindarkan terjadinnya
koagulasi intravaskuler yang menyebar.
2.3 Streptococcus Pneumonia
A.Klasifikasi
Kingdom : Bakteri
Kingdom : Bakteri
Filum
: Frimicutes
Kelas
: Cocci
Ordo
: Lactobacillales
Famili
: Streptococcaceae
Genus
: Streptococcus
Spesies
: Streptococcus pneumonia
B. Morfologi
Bakteri Streptococcus
pneumonia berbentuk diplokokus dan memanjang seperti lanset. Dapat
berbentuk tunggal berbentuk kapsul atau seperti rantai yang dikelilingi oleh
sebuah kapsul. Bakteri ini tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Bakteri
ini mudah diwarnai dengan pewarnaan yang sederhana. Bersifat garam positif dan
mudah berubah menjadi garam negatif pada sendian yang agak tua.
C. Patogenesis
1. Produksi Penyakit
1. Produksi Penyakit
Streptococcus
Pneumoniae menyebabkan penyakit melalui kemampuannya untuk berkembang biak
didalam jaringan. Mereka tidak menghasilkan toksin. Virulensi dari organisme
merupakan fungsi kapsulnya, yang dapat mencegah atau menunda pencernaan oleh
fagosit. Serum yang mengandung antibodi terhadap polisakarida tipe spesifik
dapat melindungi dari infeksi. Jika serum tersebut diserap oleh polisakarida
tipe tertetu, maka serum tersebut akan kehilangan daya proteksinya. Hewan atau
manusia yang diimunisasi dengan tipe pneumococcus tersebut dan memiliki
antibodi presipitasi dan antibodi opsonisasi untuk tipe polisakarida tersebut.
2. Resistensi Alamiah
40-70% dari manusia kadang-kadang
merupakan carrier pneumococcus yang virulen, maka mukosa pernapasan normal
harus memiliki daya tahan alamiah bagi pneumococcus. Diantara faktor-faktor
yang mungkin menyebabkan rendahnya resistensi dan berpengaruh pada infeksi
pneumococcal adalah sebagai berikut :
Ø Ketidak
normalan saluran pernapasan
Virus dan infeksi-infeksi lain yang merusak sel permukaan : akumulasi
abnormal mucus (alergi) yang melindungi pneumococcus dari fagositos, obstruksi
bronchus (missal atelectasis) dan kerusakan saluran pernapasan disebabkan oleh
bahan iritan yang mengganggu fungsi mucocilary.
Ø Alkohol atau
intoksikasi obat
Menyebabkan menekan kegiatan fagositik, menekan reflex batuk, dan
memudahkan aspirasi bahan asing.
Ø Mekanisme lain
Kekurangan gizi, kelemahan umum, anemia sickle cell, hiposplenisme,
nefrosis atau difisiensi bahan tambahan.
D. Gejala Klinis
Serangan pneumonia oleh pneumococcus
biasanya mendadak, diikuti dengan demam, menggigil dan nyeri tajam pada pleura.
Sputum mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik berdarah atau
berwarna merah kecoklatan. Awal penyakit ini, ketika demam menggigil, maka
bakteremia tampak dalam 10-20% kasus. Dengan terapi antimikroba, penyakit
biasanya hilang secara bertahap. Jika obat-obat diberikan secara awal, maka
perkembangan konsolidasi terganggu.
E. Pengobatan
Karena pneumococcus bersifat sensitif
terhadap antimikroba, perawatan awal biasanya berlangsung pada proses pemulihan
yang cepat dan respon antibodi agaknya kurang berperan. Penisilin G merupakan
obat pilihan. Tapi di Amerika Serikat 5-10% pneumococcus resisten terhadap
penisilin dan kira-kira 20% agak resisten (MIC 0,1-1µg/ml). penisilin G dosis
tinggi dengan MICs sebesar 0,1-2µg/mL ternyata efektif untuk menangani
pneumonia yang disebabkan oleh pneumococcus tetapi tidak efektif menangani
meningitis yang disebabkan oleh strain yang sama.
BAB IIIPENUTUP MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
3.1 Kesimpulan
Haemophilus
influenzae adalah kelompok bakteri yang dapat menyebabkan berbagai jenis
infeksi pada bayi dan anak-anak. Haemophilus influenzae bergerak di antara
sel-sel epitel pada saluran pernapasan untuk menginvasi dan menimbulkan
penyakit. Gejala-gejala klinis yang disebabkan
penyakit ini cukup banyak, tergantung letak infeksi dan jenis penyakit yang
disebabkannya. Bakteri Neisseria meningitis
(meningokokus) memiliki ciri identik pada warna dan karakteristik morfologinya
dengan Neisseria gonorrhoeae. Bakteri Streptococcus
pneumonia berbentuk diplokokus dan memanjang seperti lanset. Dapat
berbentuk tunggal berbentuk kapsul atau seperti rantai yang dikelilingi oleh
sebuah kapsul.
3.2 Saran
Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan
terimakasih
DAFTAR
PUSTAKA MAKALAH BAKTERIOLOGI JENIS BAKTERI PENYEBAB INFEKSI PADA SARAF
http://www.atlm.web.id/2016/12/makalah-jenis-bakteri-penyebab-infeksi.html
http://www.
web.id/2017/12/makalah-jenis-bakteri-penyebab-infeksi.html.com
bakter-penyebab-infeksi-pada -saraf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar