Baca | Download | Bagikan

Recent Post

    Recent Comment

    Kamis, 28 Desember 2017

    ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Baca Juga

    ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
    Gambar Mulut

    ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    A.  Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994).
    Tonsolektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994).
    Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah karena infeksi. Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun, dan juga pada orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah diinvasi bakteri).

    B.   Etiologi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    1. Streptokokus hemolitikus grup A.
    2. Pneumokokus.
    3. Stafilokokus.
    4. Haemofilus influezae.
    Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus. Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene, mulut yang buruk.

    C.   patofisiologi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.
    2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.
    3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.
    4. Pembentukan abses peritonsilar.
    5. Nekrosis jaringan.
    Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptococcus beta hemolyticus grup A. Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah haemophilus influenza dan baktri dari golongan pneumococcus dan stafilicoccus. Virus juga kadang-kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut.
    1.      Pada tonsilitis akut
    Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel ini terkikis maka jaringan umfold leukosit polimorfo nuklear.
    2.      Pada tonsilitis kronk
    Terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limpold terkikis sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
    Jadi, tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada permukaannya, dan jika terkumpul maka terbentuklah membran. Bercak-bercak tersebut sesungguhnya adalah pengumpulan leukosit, sel epitel yang mati, juga kuman-kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati. 

    D.  Manifestasi Klinis ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau, yaitu:
    ·         Suhu tubuh naik sampai 40o C
    ·         Rasa gatal atau kering di tenggorokan
    ·         Lesu
    ·         Nyeri sendi, odinofagia
    ·         Anoreksia dan otolgia
    ·         Bila laring terkena suara akan menjadi serak
    ·         Tonsil membengkak
    ·         Pernapasan berbau 

    E.   Komplikasi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    ·         Otitis medis akut
    ·         Abses parafaring
    ·         Abses perintonsil
    ·         Bronkitis
    ·         Nefritis akut, artritis, miokarditis
    ·         Dermatitis
    ·         Proritis
    ·         Furunkulosis.

    F.    Pemeriksaan Penunjang ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    ·         Kultur dan uji resistensi bila perlu
    ·         Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil. 

    G.  Penalaksanaan medis ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus di berikan dalam jumlah yang cukup, serta makan-makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan kafein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.
    Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah penisilin. Kadang-kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotikk diberikan antara 5 sampai 10 hari. Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptococcus beta hemolyticus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang-kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisillin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
    ·         Terapi obat lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau obat isap
    ·         Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari
    ·         Antipiretik
    ·         Obat kumur atau obat isap dengan densifektan
    ·         Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin. 

    Indikasi tindakan pembedahan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Ø Indikasi absolut
    a)      Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan napas ayng kronik.
    b)      Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.
    c)      Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
    d)     Biopsi eksisi yang dicurigai sebagai keganasan (limfoma).
    e)      Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.

    Ø Indikasi relatif
    Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.

    Ø Indikasi lain yang dapat diterima adalah
    a)      Serangan tonsilitis yang beulang.
    b)      Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
    c)      Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
    d)     Tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan dan terapi.


    Kontraindikasi
    1)      Demam yang tidak dikethui penyebabnya.
    2)      Asma
    3)      Infeksi sistemik atau kronis.
    4)      Sinusitis.
    Persiapan operasi yang mungkin dilakukan
    Pemeriksaan laboratorium 9Hb, leukosit, waktu perdarahan). Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi. Puasa 6-8 jam sebelum operasi. Berika natibiotik sebagai propilaksis. Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.

    Proses Keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    Pengkajian
    1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.
    2. Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
    3. Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
    4. Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.
    5. Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.
    6. Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.
    7. Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.
    8. Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
    9. Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
    10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.

    Masalah dan rencana tindakan keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

    1.      Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keruskan jaringan atau trauma pada pusat pernafasan.
    Tujuan:
    Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.
    Rencana tindakan:
    1)      Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai indikasi).
    2)      Lakukan suction jika di perlukan.
    3)      Kaji fungsi sistem pernafasan.
    4)      Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.
    5)      Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
    6)      Observasi tanda-tanda adanya distress pernafasan (kulit menjadi pucat/cyanosis). Kolaborasi dengan terapi dalam pemberian fisoterapi.
    2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
    Tujuan:
    Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukan suatu keadaan yang rileks dan tenang.

    Rencana tindakan:
    1)      Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
    2)      Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
    3)      Ciptakan lingkungan yang tenang.
    4)      Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.
    3.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.
    Tujuan:
    Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.

    Rencana tindakan:
    1)      Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
    2)      Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.
    3)      Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.
    4)      Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.
    5)      Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
    4.      Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
    Tujuan:
    Pasien menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaannya.

    Rencana tindakan:
    1)      Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.
    2)      Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.
    3)      Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
    4)      Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).
    5)      Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.
    5.      Perubahan pola eliminasi defekasi dan urin berhubungan dengan aninervasi pada blader dan rectum.
    Tujuan:
    Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.

    Rencana tindakan:
    1)      Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.
    2)      Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.
    3)      Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).
    4)      Kaji/palpasi distensi dari bladder.
    5)      Lakukan bladder training sesuai indikasi.
    6)      Bantu/lakukan pengeluaran feces secara manual.
    7)      Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).

    6.      Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya informasi.
    Tujuan:
    Pasien menunjukkan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalaksanaan.

    Rencana tindakan:
    1)      Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
    2)      Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
    3)      Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
    4)      Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
    5)      Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.

    DAFTAR PUSTAKA ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS 

    • Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
    • Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
    • Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.
    ·         Belden MD. THT : www. emedicine. com. Last Updated 24 Juni 2003.
    ·         Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.
    ·         Saten S. Chalazion. Taken From : www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2007. 

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar