Baca | Download | Bagikan

Recent Post

    Recent Comment

    Rabu, 20 Desember 2017

    Makalah Modal Kerja dan Deviden

    Baca Juga

    Makalah Modal Kerja dan Deviden
    Makalah Modal Kerja dan Deviden

    Makalah Modal Kerja dan Deviden

    KATA PENGANTAR Makalah Modal Kerja dan Deviden

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya makalah Manajemen Keuangan “ Modal Kerja dan Deviden”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan, dengan ini penulis mengucapkan terima kasih.
    Harapan kami makalah ini bisa menambah khasanah keilmuan kepada pembaca serta memberi manfaat kepada semua kalangan, terkhusus mahasiswa Program Pasca Sarjana Universitas .
    Makalah Modal Kerja dan Deviden sebagai Tugas kuliah Manajemen Keuangan, Penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
    Terima Kasih
    Penulis

    DAFTAR ISI Makalah Modal Kerja dan Deviden

    KATA PENGANTAR 1
    DAFTAR ISI 2
    BAB I PENDAHULUAN 3
    BAB II TINJAUN PUSTAKA 4
    1. Modal Kerja 4
    2. Deviden 14
    BAB III PENUTUP 27
    1. Kesimpulan 27
    2. Saran 28
    DAFTAR PUSTAKA 29
    BAB I

    PENDAHULUAN Makalah Modal Kerja dan Deviden

    Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja dan Kebijakan Deviden. Modal kerja itu antara lain digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran biaya-biaya lainnya, sedangkan Kebijakan Deviden adalah suatu langkah kebijakan pembagian keuntungan kepada pemilik saham.
    Manajemen modal kerja dan deviden yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi masalah likuiditas.
    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA Makalah Modal Kerja dan Deviden

    1. Modal Kerja
    Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986) menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
    Pengertian modal kerja adalah jumlah kekayaan atau aktiva lancar, seperti kas atau uang tunai di peti kas dan di bank, piutang usaha dan persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan barang jadi, ditambah kewajiban atau pasiva lancar, seperti hutang usaha dan pinjaman jangka pendek. Dengan demikia maka manajemen modal kerja merupakan semua kegiatan dalam rangka pengelolaan aktiva lancar dan pasiva lancar.
    1. Konsep Modal Kerja
    Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan fungsional.
    1. Konsep Kuantitatif  
    Modal kerja menurut konsep kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan daripada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross working capital).  
    Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal  kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada periode berikutnya.
    1. Konsep Kualitatif
    Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital).  
    Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
    1. Konsep Fungsional
    Modal kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan utuk menghasilkan pada periode2periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana digunakan untuk menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain sebagainya.
    Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.
    1. Jenis Modal Kerja
    Menurut WB. Taylor da Bambang Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu
    1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
    Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinyab.   
    1. Modal Kerja Normal
    Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi normal.
    1. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
    Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
    1. Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
    Modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
    1. Volume Penjualan
    Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
    1. Faktor Musim dan Siklus
    Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan  mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
    1. Perubahan dalam teknologi
    Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
    1. Kebijakan Perusahaan
    Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan modal kerja.
    Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
    1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
    Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
    1. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
    Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hr utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
    Modal kerja makin besar jika :
    1. Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
    2. Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
    1. Komponen Modal Kerja
    1. Kas
    Kas adalah komponen aktiva yang paling aktif dan sangat mempengaruhi setiap transaksi yang terjadi. Hal ini dikarenakan setiap transaksi memerlukan sutau dasar pengukuran yaitu kas. Walaupun perkiraan kas tidak langsung terlibat dalam transaksi tersebut, besarnya nilai transaksi tetap diukur dengan kas. 
    Dalam kehidupan sehari-hari, kas hanya diartikan sebagai mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran dan alat pertukaran. Berdasarkan pengertian akuntansi, kas meliputi uang dan alat pembayaran lain yang disamakan dengan uang atau pembayaran untuk mempermudah jalannya suatu transaksi. Disamping itu, kas juga merupakan suatu aktiva yang mudah diselewengkan dan digunakan dengan semestinya oleh karyawan, karena kas merupakan aktiva yang paling mudah dipindahtangankan. 
    Banyak transaksi perusahaan baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi penerimaan dan pengeluaran kas. Tidak hanya terbatas pada uang tunai yang tersedia di dalam perusahaan saja, melainkan meliputi semua jenis aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera untuk membiayai seluruh kegiatan perusahaan. 
    Dari segi akuntansi, yang dimaksud dengan kas adalah : “Segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nominalnya.” (Soemarso, 2004:320).

    Kas meliputi uang logam, uang kertas, cek, wesel pos (kiriman uang lewat pos;  money orders) dan deposito. Perangko bukan merupakan kas melainkan biaya yang dibayar di muka atau beban yang ditangguhkan. Pada umumnya, perusahaan membagi kas menjadi dua kelompok, yaitu : 
    1. Kas kecil (Petty Cash/Cash on Hand) 
    Merupakan uang kas yang ada dalam brankas perusahaan yang digunakan untuk membayar dalam jumlah yang relatif kecil, misalnya pembelian perangko, biaya perjalanan, biaya telegram dan pembayaran lain dalam jumlah kecil. 
    1. Kas di bank (Cash in Bank) 
    Merupakan uang kas yang dimiliki perusahaan yang tersimpan di bank dalam bentuk giro/bilyet dan kas ini dipakai untuk pembayaran yang jumlahnya besar dengan menggunakan cek. (Hery 2014:27) 
    Sistem pencatatan dan metode penilaian dari kas kecil dan kas di bank berbeda. Kas di bank menggunakan prosedur rekonsiliasi bank yang dilakukan secara periodik antara pihak perusahaan dengan pihak bank. Sedangkan kas kecil, terdapat dua metode pencatatan, yaitu  Imprest Fund System  (Sistem dana tetap) dan Fluctuation Fund System (Sistem dana berubah). 

    Adapun fungsi dari kas sebagai berikut : 
    1. Sebagai alat tukar atau alat bayar dalam jumlah besar/kecil. 
    2. Alat yang diterima sebagai setoran oleh bank sebesar nilai nominalnya. 
    3. Kas juga digunakan untuk investasi baru dalam aktiva tetap.
    1. Piutang
    Piutang (Bahasa Inggris: accounts receivable, AR) adalah salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
    Piutang juga disajikan dalam keuangan negara sejak penerapan sistem akuntansi berbasis akrual pada pelaporan keuangan negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Definisi "Piutang Negara" diketahui terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan melalui Undang-Undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tentang Panitya Urusan Piutang Negara yang hingga saat ini (November 2012 masih berlaku). Selanjutnya, setelah Republik Indonesia menganut otonomi daerah, "Piutang Negara" memperoleh definisi yang berbeda dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dengan perspektif pelaksanaan otonomi daerah
    1. Persedian
    Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.
    Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:
    1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
    2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
    3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
    Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
    Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen.
    Alasan diperlukannya Persediaan
    1. dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
    2. alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
    Manfaat adanya persediaan
    1. menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
    2. menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
    3. mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
    4. mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
    5. mencapai penggunaan mesin yang optimal
    6. memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
    7. membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
    1. Deviden

    1. Pengertian Kebijakan Deviden

    Pengertian kebijakan dividen (Deviden Police) menurut Agus Sartono (2008:281) menyatakan bahwa : “ Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang ” .
    Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2008:265) menyatakan bahwa :
    Kebijakan dividen adalah kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan ” .
    Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut I Made Sudana (2011:167) menyatakan bahwa :
    Kebijakan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan”.
    Laba ditahan (retained earning) dengan demikian merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemeganf saham atau (equity inventors).
    Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financial. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar.

    Macam-Macam Deviden


    Berdasarkan bentuk deviden yang dibayarkan, deviden dapat dibedakan atas dua jenis yaitu; deviden tunai (cash dividend) dan deviden saham (stock devidend). Deviden tunai merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk uang tunai. Deviden saham merupakan deviden yang dibagikan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Nilai suatu deviden tunai tentunya sesuai dengan nilai tunai yang diberikan, sedangkan nilai suatu deviden saham dapat dihitung dengan rumus harga wajar deviden saham dibagi dengan rasio deviden saham. Berdasarkan periode satu tahun buku maka deviden dapat dibagi atas dua jenis yaitu; deviden interm dan deviden final. Deviden interm merupakan deviden yang dibayarkan oleh perseroan antara satu tahun buku dengan tahun buku berikutnya atau antara deviden final satu dengan deviden final berikutnya. Di Indonesia pada umumnya deviden interm hanya dibayarkan satu kali dalam setahun. Deviden final merupakan deviden hasil pertimbangan setelah penutupan buku perseroan pada tahun sebelumnya yang dibayarkan pada tahun buku berikutnya. Deviden final ini juga memperhitungkan dan mempertimbangkan hubungannya dengan deviden interm yang telah dibayarkan untuk tahun buku tersebut.

    Macam-macam Kebijakan Dividen


    Kebijakan dividen yang dilakukan perusahaan bentuknya bisa bermacam-macam. Menurut Bambang Riyanto (2008:269) menyatakan bahwa ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut:
    1. Kebijakan dividen yang stabil
    Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil, artinya jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi.
    1. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu
    Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra diatas jumlah minimal tersebut.
    1. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan
    Jenis kebijakan dividen yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio yang konstan. Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
    1. Kebijakan dividen yang fleksibel
    Kebijakan dividen yang terakhir adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi financial dan kebijakan financial dari perusahaan yang bersangkutan.

    Stock Deviden


    Stock Deviden adalah dividen yang diberikan kepada para pemegang saham dalam bentuk saham-saham yang dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri. Di Indonesia saham yang dibagikan sebagai dividen tersebut disebut saham bonus. Dengan demikian para pemegang saham mempunyai jumlah lembar saham yang lebih banyak setelah menerima Stock Dividen. Dividen saham dapat berupa saham yang jenisnya sama maupun yang jenisnya berbeda.. Tujuan perusahaan memberikan stock deviden adalah untuk menghemat kas karena adanya kesempatan investasi yang lebih menguntungkan.

    Stock Split


    Merupakan kebijakan untuk meningkatkan jumlah lembar saham dengan cara pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan pegurangan nilai nominal saham yang lebih kecil secara proporsional. Oleh karena itu dengan stock splits harga saham menjadi lebih murah. Tujuan stock splits adalah untuk menempatkan harga saham dalam trading range tertentu.
    Trading Range Theory 
    Memberikan penjelasan bahwa stock split meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Menurut teori ini, manajemen menilai harga saham terlalu tinggi sehingga kurang menarik diperdagangkan. Manajemen berupaya untuk menata  kembali harga saham pada rentang harga tertentu yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Hal ini diharapkan semakin banyak partisipan pasar yang akan terlibat dalam perdagangan. Dengan adanya stock split, harga saham akan turun sehingga akan banyak investor yang mampu bertransaksi. Trading Range Theory atau Liquidity Hypotheses menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal. Di mana selanjutnya nilai nominal saham dipecah karena ada batas harga yang optimal untuk saham. Tujuan dari pemecahan nilai nominal saham adalah untuk meningkatkan daya beli investor sehingga akan tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memperjualbelikan saham yang bersangkutan. Kondisi ini pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas saham. Likuidity hypothesis, yaitu dengan pemecahan saham maka harga saham akan lebih rendah, sehingga lebih banyak investor individual terdorong untuk membeli saham dan diharapkan likuiditas saham tersebut meningkat.
    Signaling Theory menyatakan bahwa perusahaan yang melaksanakan kebijakan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kinerja keuangan cukup baik. Pengumuman stock split juga mmerupakan sinyal bahwa earing dan cash deviden akan meningkat. Peningkatan earing dan cash deviden merupakan gambaran prospek perusahaan yang baik. Stock split memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga perusahaan yang memiliki kinerja yang baik saja, yang dapat melakukan stock split.
    Repurchasing of stock
    Sebagai alternatif terhadap pemberian dividen berupa uang tunai ( cash dividen ) , perusahaan dapat mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham dengan cara membeli kembali saham perusahaan ( repuchasing stock ).
    Keuntungan stock repurchase bagi pemegang saham :
    1. Stock repuchase sering di pandang sebagai tanda positif bagi investor karena pada umumnya stock repuchase dilakukan jika perusahaan merasa bahwa saham “ undervalued “.
    2. Stock repuchase mengurangi jumlah saham yang beredar dipasar. Setelah stock repuchase ada kemungkinan harga saham naik.
    Kerugian bagi pemegang saham :
    1. Perusahaan membeli kembali saham dengan harga yang terlalu tinggi sehingga merugikan pemegang saham yang tidak menjual kembali sahamnya.
    2. Keuntungan stock repuchase dalam bentuk capital gains, padahal sebagian investor menyukai dividen.
    Keuntungan bagi perusahaan :
    1. Menghindari kenaikan dividen. Jika dividen naik terlalu tinggi dikhawatirkan di masa mendatang perusahaan terpaksa membagi dividen yang lebih kecil ( pada masa sulit atau banyak kebutuhan dana investasi ) yang dapat memberi petanda negatif. Stoc repuchase merupakan alternatif yang baik untuk mendistribusikan penhasilan yang diatas normal ( extraordinary earnings ) kepada pemegang saham.
    2. Dapat digunakan sebagai strategi untuk mengacau usaha pengambil – alihan perusahaan ( yang biasanya dilakukan dengan cara membeli saham sebanyak –b anyaknya hingga mencapai jumlah saham mayoritas ) Stock repuchase dapat menggalkan usaha ini.
    3. Mengubah struktur modal perusahaan. Misalnya, perusahaan ingin meningkatkan rasio hutang dengan cara menggunakan hutang baru untuk membeli kembali saham yang beredar.
    4. Saham yang ditarik kembali dapat dijual kembali ke pasar jika perusahaan membutuhkan tambahan dana.
    Kerugian bagi perusahaan adalah :
    1. Dapat merusak image perusahaan karena sebagian investor merasa bahwa stock repuchase merupakan indikator bahwa manajemen perusahaan tidak mempunyai proyek – proyek baru yang baik. Namun demikian, jika perusahaan benar – benar tidak memiliki kesempatan investasi yug baik, ia memang sebaiknya mendistribusikan dana kembali kepada pemegang saham. Tidak banyak bukti empiris yang mendukung alasan ini.
    2. Setelah stock repuchase, pasar mungkin merasa bahwa risiko perusahaan meningkat sehingga dapat menurunkan harga saham.
    Jika harus memilih antara stock repuchase dan pembayaran dividen tunai, pada pasar yang sempurna ( dimana tidak ada pajak , biaya komisi untuk jual – beli saham dan efek sinyal dari pemberian dividen ), investor akan indifferent terhadap ke 2 pilihan. Pada pasar yang tidak sempurna, investor mungkin akan memiliki preferensi terhadap salah satu dari ke 2 alternatif tersebut.
    Ada 3 metode yang dapat digunakan untuk membeli kembali saham :
    1. Saham dapat dibeli pada pasar terbuka ( open market )
    2. Perusahaan membuat penawaran formal untuk membeli saham perusahaan dalam jumlah tertentu dan harga tertentu ( pendekatan tender offer )
    3. Perusahaan membeli sejumlah sahamnya kembali dari satu atau beberapa pemegang saham besar ( pendekatan negotiated basis )

    Teori Kebijakan Deviden


    Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang deviden diantaranya yaitu:
    1. Dividend Irrelevance Theory (ketidakrelevanan deviden)
    Teori yang menyatakan bahwa kebijakan deviden perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. MM menyimpulkan bahwa nilai perusahaan saat ini tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran deviden akan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. Oleh karenanya pemegang saham dapat menerima kas dari perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran deviden atau menerimanya dalam bentuk capital gain. Kemakmuran   pemegang saham sekali lagi tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden saat ini maupun dimasa datang.
    1. The Bird in The Hand Theory
    Gordon dan Lintner berpendapat bahwa investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran deviden daripada menunggu capital gain. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima deviden saat ini atau menerima capital gain dimasa datang. Gordon dan Lintner beranggapan bahwa para investor memandang satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara itu MM berpendapat bahwa tidak semua investor berkeinginan untuk menginvestasikan kembali deviden mereka diperusahaan yang sama atau sejenis dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka dimasa datang bukannya ditentukan oleh kebijakan deviden, tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.
    1. Tax Preference Theory
    Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada deviden dalam bentuk kas. Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan   membagikan deviden. Karena deviden cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividendyield yang tinggi.
    1. Devidend Relevance Theory (Relevan deviden)
    Deviden adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti, investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan deviden.
    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
    Menurut Bambang Riyanto (2008:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :
    1. Posisi Likuiditas Perusahaan
    Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
    1. Kebutuhan Dana untuk Membayar Hutang
    Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earningyang dapat dibayarkan sebagai dividen. Dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividen payout ratio yang rendah.
    1. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
    Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan earningnya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya.
    1. Pengawasan terhadap Perusahaan
    Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan “control” terhadap perusahaan, berati mengurangi “dividen payout ratio”nya.
    Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden (Sartono, 2001) :
    1. Kebutuhan dana perusahaan
    Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan factor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan deviden yang akan diambil. Aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis kebijakan deviden.
    1. Likuiditas
    Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakan deviden. Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.
    1. Kemampuan meminjam
    Kemampuan meminjam dalam jangka pendek tersebut akan meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan. Selain itu fleksibilitas perusahaan juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk bergerak di pasar modal dengan mengeluarkan obligasi. Perusahaan yang semakin besar dan establish akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan membayar deviden.
    1. Keadaan pemegang saham
    Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen biasanya mengetahui deviden yang diharapkan oleh pemegang saham dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham berada dalam golongan high tax (pajak yang lebih tinggi) dan lebih suka memperoleh capital gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout yang rendah. Dengan dividend payout yang rendah tentunya dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk kesempatan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai deviden yang diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
    1. Stabilitas deviden
    Bagi para investor faktor stabilitas deviden akan lebih menarik daripada dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan oleh koefisien arah yang positif. Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan perusahaan yang membayar deviden tidak stabil.
    BAB III

    PENUTUP Makalah Modal Kerja dan Deviden

    A.  Kesimpulan
    Modal kerja dan Deviden merupakan aspek penting dalam manajemen pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja dan pembagian keuntungan yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan ”insolvent” (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan atau badan usaha salah satu peranan modal kerja dan deviden adalah menjamin kontinuitas perusahaan yang menyangkut penggunaan modal dan penyaluran modal, sehingga dapat menentukan biaya operasional yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa besar tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola perusahaan serta kebijakan deviden yang bijak.
    Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
     B.    Saran
    Dengan adanya makalah modal kerja dan deviden ini, diharapkan kepada para pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya dapat mengetahui, memahami dan menambah wawasan tentang  Manajemen Modal Kerja dan Deviden serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
    DAFTAR PUSTAKA
    Atika Jauhari Hatta. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden. Anonim. 2010. Modul Manajemen Keuangan. Depok.
    James, dkk (2009) Pengantar Akuntansi Adaptasi Indonesia. Salemba empat, Jakarta.

    Keown, dkk (2008). Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh. Indeks, Indonesia
    Latiefasari Hani Diana. 2011. Anallisis yang mempengaruhi factor-faktor Kebijakan Deviden. Skripsi Sarjana. Semarang. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
    Manullang. 2005. Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi
    Syamsuddin, Lukman. 2007. Menejemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar