Baca Juga
Gambar Mulut |
ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
A. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan
pembengkakan dari jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel
mati dan bakteri patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994).
Tonsolektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan
untuk mengambil tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994).
Tonsillitis adalah suatu peradangan
pada tonsil (atau biasa disebut amandel) yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, namun hampir 50% kasus tonsilitis adalah karena infeksi. Tonsilitis akut sering
dialami oleh anak dengan insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun, dan juga pada
orang dewasa di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita
tonsillitis jika memiliki resistensi yang rendah, memiliki tonsil dengan
kondisi tidak menguntungkan akibat tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai
bagian dari radang tenggorok (faringitis) secara umum, atau sekunder terhadap
infeksi virus (biasanya adenovirus yang menyebabkan tonsil menjadi mudah
diinvasi bakteri).
B. Etiologi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
- Streptokokus hemolitikus grup A.
- Pneumokokus.
- Stafilokokus.
- Haemofilus influezae.
Disebabkan oleh kuman streptococcus
beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes yang
menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan oleh virus. Faktor
predisposisi adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene, mulut yang buruk.
C. patofisiologi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
- Terjadinya peradangan pada
daerah tonsila akibat virus.
- Mengakibatkan terjadinya
pembentukan eksudat.
- Terjadi selulitis tonsila dan
daerah sekitarnya.
- Pembentukan abses peritonsilar.
- Nekrosis jaringan.
Penyebab terserang tonsilitis akut
adalah streptococcus beta hemolyticus grup A. Bakteri lain yang juga dapat
menyebabkan tonsilitis akut adalah haemophilus influenza dan baktri dari
golongan pneumococcus dan stafilicoccus. Virus juga kadang-kadang ditemukan
sebagai penyebab tonsilitis akut.
1.
Pada tonsilitis akut
Penularan
terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian
bila epitel ini terkikis maka jaringan umfold leukosit polimorfo nuklear.
2.
Pada tonsilitis kronk
Terjadi karena
proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limpold terkikis
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan parut.
Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus)
yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Jadi, tonsil
meradang dan membengkak, terdapat bercak abu-abu atau kekuningan pada
permukaannya, dan jika terkumpul maka terbentuklah membran. Bercak-bercak
tersebut sesungguhnya adalah pengumpulan leukosit, sel epitel yang mati, juga
kuman-kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.
D. Manifestasi Klinis ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
Keluhan pasien
biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang-kadang pasien
tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo dan mengeluh
sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan napas yang berbau,
yaitu:
·
Suhu tubuh naik sampai 40o C
·
Rasa gatal atau kering di tenggorokan
·
Lesu
·
Nyeri sendi, odinofagia
·
Anoreksia dan otolgia
·
Bila laring terkena suara akan menjadi serak
·
Tonsil membengkak
·
Pernapasan berbau
E. Komplikasi ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
·
Otitis medis akut
·
Abses parafaring
·
Abses perintonsil
·
Bronkitis
·
Nefritis akut, artritis, miokarditis
·
Dermatitis
·
Proritis
·
Furunkulosis.
F. Pemeriksaan
Penunjang ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
·
Kultur dan uji resistensi bila perlu
·
Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
G. Penalaksanaan
medis ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
Sebaiknya
pasien tirah baring. Cairan harus di berikan dalam jumlah yang cukup, serta
makan-makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan.
Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit kepala. Di
pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah dikombinasikan dengan
kafein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.
Jika penyebab
tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan adalah
penisilin. Kadang-kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis antibiotik
yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotikk diberikan antara 5
sampai 10 hari. Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah
Streptococcus beta hemolyticus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari
untuk mencegah kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik.
Kadang-kadang dibutuhkan suntikan benzatin penisillin 1,2 juta unit
intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.
·
Terapi obat lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur
atau obat isap
·
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5
hari
·
Antipiretik
·
Obat kumur atau obat isap dengan densifektan
·
Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin
atau klindamigin.
Indikasi tindakan pembedahan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
Ø Indikasi
absolut
a)
Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan
napas ayng kronik.
b)
Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada
waktu tidur.
c)
Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia
dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.
d)
Biopsi eksisi yang dicurigai sebagai keganasan (limfoma).
e)
Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada
jaringan sekitarnya.
Ø Indikasi
relatif
Seluruh indikasi lain untuk tindakan
tonsilektomi di anggap sebagai indikasi relatif.
Ø Indikasi lain
yang dapat diterima adalah
a)
Serangan tonsilitis yang beulang.
b)
Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).
c)
Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.
d)
Tidak memberikan respon terhadap penatalaksanaan dan
terapi.
Kontraindikasi
1) Demam yang
tidak dikethui penyebabnya.
2) Asma
3) Infeksi
sistemik atau kronis.
4) Sinusitis.
Persiapan operasi yang mungkin dilakukan
Pemeriksaan laboratorium 9Hb, leukosit,
waktu perdarahan). Berikan penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah
operasi. Puasa 6-8 jam sebelum operasi. Berika natibiotik sebagai propilaksis.
Berikan premedikasi ½ jam sebelum operasi.
Proses Keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
Pengkajian
- Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor
pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.
- Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat
melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh
teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.
- Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia
uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.
- Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas
karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah
lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri.
Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh
secara umum.
- Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat
peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan
sensasi pada lidah.
- Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya
luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada
daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada
ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan
pendengaran.
- Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala,
gelisah.
- Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam
bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.
- Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.
- Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.
Masalah dan rencana tindakan keperawatan ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
1. Ketidakefektifan
pola nafas berhubungan dengan keruskan jaringan atau trauma pada pusat
pernafasan.
Tujuan:
Pasien
menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara adekuat dengan
memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta hilangnya tanda-tanda
distress pernafasan.
Rencana
tindakan:
1)
Bebaskan jalan nafas secara paten
(pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai
indikasi).
2)
Lakukan suction jika di perlukan.
3)
Kaji fungsi sistem pernafasan.
4)
Kaji kemampuan pasien dalam
melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.
5)
Observasi tanda-tanda vital sebelum
dan sesudah melakukan tindakan.
6)
Observasi tanda-tanda adanya distress pernafasan (kulit
menjadi pucat/cyanosis). Kolaborasi dengan terapi dalam pemberian fisoterapi.
2. Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma secara fisik
Tujuan:
Pasien
mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukan suatu keadaan yang rileks
dan tenang.
Rencana tindakan:
1)
Kaji tingkat atau derajat nyeri yang
di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.
2)
Bantu pasien dalam mencarai faktor
presipitasi dari nyeri yang di rasakan.
3)
Ciptakan lingkungan yang tenang.
4)
Ajarkan dan demontrasikan ke pasien
tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam
pemberian sesuai indikasi.
3. Kerusakan
komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada
himisfer otak.
Tujuan:
Pasien mampu
melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukkan
peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.
Rencana tindakan:
1)
Lakukan komunkasi dengan pasien
(sering tetapi pendek serta mudah di pahami).
2)
Ciptakan suatu suasana penerimaan
terhadap perubahan yang dialami pasien.
3)
Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki
tehnik berkomunikasi.
4)
Pergunakan tehnik komunikasi non
verbal.
5)
Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi
wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun
non verbal.
4. Perubahan
konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.
Tujuan:
Pasien
menunjukkan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaannya.
Rencana tindakan:
1)
Kaji pasien terhadap derajat
perubahan konsep diri.
2)
Dampingi dan dengarkan keluhan
pasien.
3)
Beri dukungan terhadap tindakan yang
bersifat positif.
4)
Kaji kemampuan pasien dalam
beristirahat (tidur).
5)
Observasi kemampuan pasien dalam
menerima keadaanya.
5. Perubahan pola
eliminasi defekasi dan urin berhubungan dengan aninervasi pada blader dan
rectum.
Tujuan:
Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi
(defekasi/uri) secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.
Rencana tindakan:
1)
Kaji pola eliminasi pasien sebelum
dan saat di lakukan pengkajian.
2)
Auskultasi bising usus dan distensi
abdomen.
3)
Pertahankan porsi minum 2-3 liter
perhari (sesuai indikasi).
4)
Kaji/palpasi distensi dari bladder.
5)
Lakukan bladder training sesuai
indikasi.
6)
Bantu/lakukan pengeluaran feces
secara manual.
7)
Kolaborasi dalam(pemberian gliserin,
pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).
6. Resiko
terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan:
Pasien
menunjukkan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalaksanaan.
Rencana tindakan:
1)
Identifikasi faktor yang dapat
menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
2)
Diskusikan dengan pasien cara-cara
untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.
3)
Jelaskan pada pasien akibat dari
ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.
4)
Libatkan keluarga dalam penyuluhan.
5)
Anjurkan pada pasien untuk melakukan
kontrol secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
- Boeis,
Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC.
- Junadi,
Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
- Price,
Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses
penyakit, Jakarta: EGC.
·
Belden MD. THT : www. emedicine.
com. Last Updated 24 Juni 2003.
·
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. FKUI. Jakarta.
·
Saten S. Chalazion. Taken From :
www. emedicine. com. Last Updated : 5 Juli 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar