Baca Juga
Makalah Paradigma Sehat
BAB IPENDAHULUAN MAKALAH PARADIGMA SEHAT
-
Latar belakang Makalah Paradigma Sehat
Sebagian
besar kejadian medical
error merupakan
kejadian yang dapat dicegah. Keberhasilan pencegahan terletak pada
kemampuan sistem untuk mengidentifikasi potensi risiko, mengenali
kejadian sedini mungkin dan menetapkan suatu mekanisme barrier.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko
insiden keselamatan pasien (failure
mode)
pada proses pelayanan operasi, penyebab failure
mode disetiap
tahapan proses dan strategi pencegahannya di RS.
Rumah
sakit (RS) merupakan organisasi yang sangat berisiko untuk terjadinya
medical
error. Menekan
angka medical
error akan
meningkatkan mutu dan mengurangi biaya perawatan di bidang pelayanan
medis. Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir 100 ribu kematian di
RS yang seharusnya dapat dicegah, menimbulkan kerugian mencapai $9
miliar per tahun. Meskipun belum ada data secara nasional, angka
kejadian medical
error di
Indonesia diperkirakan cukup tinggi sejalan dengan semakin maraknya
pemberitaan di media. Dari laporan insiden di RS yang diteliti,
nampak lebih dari separuh termasuk dalam kategori kejadian yang tidak
diinginkan (KTD),
sebagian
besar 75% kejadian di tahun 2010 dan 60% kejadian pada tahun 2011
adalah kasus bedah atau pasien dengan tindakan operasi.
Sebagian besar KTD dapat dicegah. Keberhasilan pencegahan dan
pendekatan sistem terletak pada kemampuan sistem untuk
mengidentifikasi potensi risiko, mengenali kejadian sedini mungkin
dan menetapkan suatu mekanisme barrier
(penghambat).
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah Health
Care Failure Mode and Effect Analysis
(HFMEA), suatu metode untuk mengenali proses yang berisiko tinggi,
penyebab kesalahan dan strategi untuk mencegah kesalahan tersebut
secara sistematis.
-
Rumusan masalah Makalah Paradigma Sehat
Apa
potensi risiko pada proses pelayanan operasi?
Siapa
yang menjadi akar masalah kegagalan pelayanan operasi?
Mengapa
Routine violations seringkali ditoleransi oleh organisasi (menjadi
budaya)?
Dimana
subjek pelaksanaan surgical patient safety dilakukan ?
Kapan
seluruh operator berstatus dokter tamu yang hanya dapat menjalankan
tugas di RS ini diluar jam kerja?
Bagaimana
solusi potensi risiko?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA PARADIGMA SEHAT
Tindakan
operasi adalah tindakan yang multidisiplin, melibatkan berbagai
keahlian dan pengalihanantarsistem di dalam RS yang kompleks.
Kompleksitas ini menimbulkan risiko yang tinggi terhadap kejadian
insiden keselamatan pasien. Berwick8 menemukan bahwa apabila proses
hanya terdiri dari satu langkah maka kemungkinan salah adalah 1%.
Apabila proses terdiri dari 25 langkah, maka kemungkinan salah
meningkat menjadi 22%, dan apabila proses terdiri dari 100 langkah,
maka kemungkinan salah dapat mencapai 63%. Untuk mengidentifikasi
potensi risiko insiden failure
mode pada
proses pelayanan operasi maka perlu diketahui alur proses pelayanan
pasien operasi yang diterapkan. Pada tahapan ini dikaji proses
pelayanan pasien operasi di rawat inap dan di kamar operasi, mulai
dari pengiriman ke kamar operasi hingga pasien kembali ke ruang rawat
inap. Gambar 1 menunjukkan bahwa proses pelayanan operasi di RS ini
dimulai dari pengiriman pasien dari rawat inap menuju kamar operasi
oleh perawat rawat inap. Subproses selanjutnya serah terima pasien di
ruang transit kamar operasi oleh perawat ruang rawat inap kepada
petugas kamar operasi, sign
in,
time
out,
dan sign
out.
Observasi pasien di ruang pulih sadar/Recovery
Room (RR)
diakhiri dengan subproses pengembalian pasien dari RR ke perawat
rawat inap dilakukan di ruang transit kamar operasi. Proses pelayanan
operasi di RS ini terdiri dari tujuh subproses mulai dari persiapan
pengiriman pasien dari ruang rawat inap sampai diserahterimakan ke
rawat inap kembali. Dari seluruh subproses terdapat aktivitas yang
berpotensi terjadi risiko. Semua potensi risiko diakibatkan tidak
adanya pengecekan secara tertulis maupun verbal terhadap persiapan
maupun tindakan yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Gawande et
al9,
yang menemukan 57 potensi kegagalan terkait dengan gagalnya
komunikasi pada saat serah terima karena tidak mengikuti prosedur dan
tidak melakukan pengecekan ulang. Kesalahan tersebut mengakibatkan
risiko tertinggalnya kasa dan instrument pada saat operasi. Pada
tahun 2011 Siagian10 meneliti tentang pelaksanaan surgical
patient safety terhadap
adverse
events pasca
operasi bedah digestif di instalasi bedah RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta. Penelitian tersebut menyimpulkan pelaksanaan prosedur
surgical
patient safety pada
semua tahapan sign
in,
time
out,
dan sign
out tidak
dilaksanakan secara lengkap. Pusat akademi kesehatan melakukan
penelitian terhadap kepatuhan tim bedah dalam menjalankan prosedur
keamanan terpadu yang diadopsi dari crew
resources management (CRM)
aviation.
Dari tiga puluh tim bedah yang diobservasi, hanya 60% yang
menjalankan prosedur keselamatan perioperatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar