Baca Juga
Kata Bijak dalam Buku Sun Tzu "The Art Of War" Seni Berperang
Sun Tzu |
“Bagaimanapun waktu, bukanlah obat yang mampu membuat jiwa tersembuhkan
dari luka, maka mati tetaplah mati” begitu kata Sun Tzu.
Siapa Sun tzu ?
Sun Tzu yang nama aslinya adalah Sun Wu merupakan seorang ahli militer dan Jenderal Besar di Kerajaan Wu pada masa musim semi gugur China . Karyanya “Sun Zi Bing Fa ” atau “Seni Perang Sun Tzu” memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap sejarah dan seni budaya Negara China serta Asia. Buku Militernya yang berjudul “Sun Zi Bing Fa” telah di terjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dipergunakan sebagai strategi dalam dunia bisnis pada zaman sekarang ini. Buku “Sun Zi Bing Fa” dalam bahasa Inggris dikenal dengan “The Art of War”.
Sun
Tzu hidup sekitar 540 SM, hampir seabad sebelum Socrates dilahirkan.
Saat kecil ia bernama Chen Wu. Dia dilahirkan di negri Qin, lahir di
lingkungan aristocrat membuat masa mudanya terlihat sangat sempurna.
Kedekatan keluarganya dengan raja Qin membuatnya bisa merasakan
pendidikan yang lebih memadai daripada teman-temannya. Pada usia
dewasanya ia jatuh cinta pada seorang gadis yang juga dekat dengan raja
Qin, hanya saja hubungan yang tadinya terlihat sempurna tersebut harus
dibayar dengan kematian seluruh keluarga kekasihnya di tangan keluarga
Sun Tzu sendiri.
Dengan
mengecohkan ayahnya, ia berhasil menyelamatkan nyawa kekasihnya. Namun
kemudian ia tak dapat menyelamatkan kematian kekasih yang telah menjadi
istrinya akibat bunuh diri. “Bagaimanapun waktu, bukanlah obat yang
mampu membuat jiwa tersembuhkan dari luka, maka mati tetaplah mati”
begitu kata Sun Tzu.
Mulailah ia melarikan kepedihannya dengan melakukan pengembaraan. Dalam perjalanannya ia melihat bahwa kehidupan manusia dari berbagai tempat selalu memiliki sisi yang sama, yakni selalu tak ada yang ideal dan miskin akan keadilan. Mendiamkan situasi tanpa berbuat apapun sama artinya dengan mengingkari kebenaran, dharma dan cinta. Sun Tzu berkata “kebanyakan manusia telah gagal mengenal dirinya sendiri, sehingga kebanyakan diri adalah diri yang buta dengan dirinya. Alhasil banyak akar menginginkan menjadi daun, dan banyak daun yang menginginkan menjadi akar.”
Mulailah ia melarikan kepedihannya dengan melakukan pengembaraan. Dalam perjalanannya ia melihat bahwa kehidupan manusia dari berbagai tempat selalu memiliki sisi yang sama, yakni selalu tak ada yang ideal dan miskin akan keadilan. Mendiamkan situasi tanpa berbuat apapun sama artinya dengan mengingkari kebenaran, dharma dan cinta. Sun Tzu berkata “kebanyakan manusia telah gagal mengenal dirinya sendiri, sehingga kebanyakan diri adalah diri yang buta dengan dirinya. Alhasil banyak akar menginginkan menjadi daun, dan banyak daun yang menginginkan menjadi akar.”
Strategi Perang Sun TZu
Dalam strategi perang gurunya berpetuah “Sun Tzu ingatlah, setiap air sesungguhnya selalu akan sama dengan wadah yang memuatnya. Jika ia berada dalam kubus, maka airpun akan berbentuk kubus. Air tak punya bentuk yang tetap, ia selalu mengikuti wadah yang memuatnya. Oleh karenanya jangan pernah mencoba mengubah bentuk air, tapi ubahlah wadah yang memuatnya”. Dari situ ia paham, wadah sebuah Negara terletak pada pemimpinnya. Maka siapa yang dapat mengubah para pemimpin, maka ia dapat mengubah negara.
Pustaka :
dinasirijaya.com
segalaberita.com
http://www.wattpad.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar