Baca | Download | Bagikan

Recent Post

    Recent Comment

    Selasa, 10 Oktober 2017

    Teknologi Mengatasi Kelainan atau Penyakit pada Sistem Sirkulasi

    Baca Juga

    MAKALAH

    Teknologi Mengatasi Kelainan atau Penyakit pada Sistem Sirkulasi

    BAB 1
    PENDAHULUAN
    1.1  Rumusan Masalah
    1.      Bagaimana prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada pembuluh darah ?
    2.      Bagaimana prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada darah ?
    3.      Bagaimana prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada jantung?
    1.2 Tujuan
    1.      Untuk mengetahui prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada pembuluh darah.
    2.      Untuk mengetahui prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada darah.
    3.      Untuk mengetahui prosedur teknologi dalam mengatasi penyakit pada jantung.
    1.3 Manfaat
                  Manfaat makalah ini adalah untuk mengetahui penyakit-penyakit dan mengenali prosedur teknologi pengobatan penyakit-penyakit yang terjadi pada pembuluh darah, darah, dan jantung.
    BAB II
    ISI

    2.1  PROSEDUR TEKNOLOGI DALAM MENGATASI PENYAKIT PADA PEMBULUH DARAH

            Seperti yang diketahui, pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Ada tiga jenis pembuluh darah, yaitu arteri yang berfungsi membawa darah dari jantung, kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sebenarnya air dan bahan kimia antara darah dan jaringan dan vena, yang membawa darah dari kapiler kembali ke jantung. pembuluh darah terbesar adalah aorta. Namun, ada faktor-faktor yang dapat menimbulkan beberapa penyakit yang dapat terjadi pada pembuluh darah, antara lain :
    1.      Penyakit Raynaud
            Penyakit Raynaud dan fenomena Raynaud adalah suatu keadaan dimana arteri-arteri kecil (arteriola), biasanya di jari tangan dan jari kaki, mengalami kejang, menyebabkan kulit menjadi pucat atau timbul bercak berwarna merah sampai biru. Kadang pada mulanya penyebabnya tidak dapat didiagnosis, tetapi kemudian diketahui setalah sekitar 2 tahun. Sekitar 60-90% penyakit Raynaud terjadi pada wanita muda. Penyebab penyakit ini adalah skeleroderma, artritis rematoid, atersklerosis, kelainan saraf, berkurangnya aktivitas tiroid, dan cedera.  
    Pengobatan pada penyakit Raynaud ini ditujukan untuk menghilangkan faktor presipitasi seperti rangsangan dingin atau merokok atau juga emosi yang juga bisa juga diikuti dengan cyanosis dan hyperemia. Pengobatan-pengobatan yang dapat dilakukan antara lain :
    1.      Pemakaian sarung tangan atau kaos kaki, ditujukan untuk melindungi tangan atau kaki dari udara dingin.
    2.      Pasien sebisa mungkin berhenti merokok.
    3.      Terapi obat-obatan antara lain:
    a.       Alpha-Receptor (memblok factor pembawa)
    b.      Nitroglycerin pointment (berupa salep)
    c.       Nifedipine (memblok saluran kalsium sehinggga mampu mengurangi spasme)
    d.      Beta-blockers dan ergotamine.
    4.      Tindakan Simpatektomi
    Dalam tindakan ini dilakukan pemblokan reflek simpatik. Tindakan ini dilakukan dengan cara memotong serabut-serabut preganglionik dalam rantai simpatik setinggi thoracal 2 dan thoracal 3 yang menyela impuls saraf simpatik yang berasal dari medula spinalis dari tangan atau kaki tersebut terutama berasal dari gangguan stellatum namun pada tindakan ini gangguan stellatumnya tidak dibuang, sebab dengan pembuangan serabut simpatik post ganglionik tadi akan menyebabkan pembuluh-pembuluh darah menjadi sangat sensitif terhadap noreepinefrin dan epinefrin darah sirkulasi. Bila sampai terjadi hal ini maka pada tangan tetap timbul penyakit Raynaud setiap kali terjadi rangsangan pada kelenjar adrenal
    5.      Intervensi Fisioterapi
    Pada penyakit Raynaud yang kronis hanya mampu dilakukan dengan tindakan Simpatektomi seperti telah dijelaskan sebelumnya.
    Pada penyakit Raynaud yang akut dengan penanganan fisioterapis antara lain
    a.       Ultra Sound Theraphy
          Ultra Sound Therapy merupakan teknologi yang menggunakan gelombang suara sehingga menghasilkan energi mekanik.

    Efek Ultra Sound Theraphy antara lain :

    ·         Mengurangi nyeri.
    Pengurangan nyeri dapat terjadi karena perbaikan sirkulasi darah, dimana dalam perbaikan sirkulasi darah perifer sebagai konsekuensi adanya pengaruh panas didalam jaringan. Serta pengurangan derajat keasaman karena stimulasi serabut afferen.
    ·         Meningkatkan permiabilitas jaringan.
    Dari efek vibrasi menyebabkan cairan jaringan mampu menembus membran sel sehingga mampu merubah konsentrasi ion dan mempermudah rangsangan sel. Didalam sel kandungan protoplasma meningkat sehingga proses pertukaran cairan secara fisiologis terpacu.
    ·         Relaksasi otot (meningkatkan ektensibilitas jaringan penyambung)
    b.      Infra Merah
          Sinar infra red merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 7700 – 4 juta Amstrong.

    Efek Infra Merah

    ·         Efek Fisiologis : meningkatkan proses metabolisme, pigmentasi, pengaruh saraf sensorik, pengaruh terhadap jaringan otot, menaikkan temperatur tubuh, dan mengaktifkan kerja kelenjar keringat.
    ·         Efek terapeutik : meningkatkan suplai darah dan menghilangkan sisa-sisa hasil metabolisme.
    Penatalaksanaan
          Alat yang akan digunakan dipanaskan selama 5 menit terlebih dahulu. Kemudian daerah yang akan diobati dibersihkan dengan air sabun dan dikeringkan dengan handuk. Kemudian pilih apakah dengan menggunakan sinar Infra red luminous (jarak 35-45 cm,) atau dengan IR non-luminous (jarak 45-60 cm). Waktu yang digunakan 10 - 30 menit, tetapi tetap disesuaikan dengan jenis penyakitnya.

    c.       LASER (Light Amplification by Stimulated Emission and Radiation)

          Merupakan teknologi berupa sinar yang dilipatgandakan melalui emisi radiasi dari perangsangan substansi khusus, dimana setiap benda memancarkan emisi pada gelombnag yang berbeda. Untuk tujuan terapik dalam bidang fisioterapi, emisi yang banyak digunakan adalah emisi dari He dan Neon, atau campuran dari keduanya yang mempunyai spectrum 6,328 A0, serta Infra Red Laser dengan panjang gelombang 9040 A0. Tujuan LASER untuk vasodilatasi khususnya pada level mikrovaskuler, peningkatan aktivitas enzim akibat super dilatasi lokal pada kapiler dan membuat normalisasi keseimbangan intra dan ekstra seluler, stimulasi mekanisme pertahanan yang akan menyebabkan peningkatan aktivitas anti bakterial, stimulasi fibroblast untuk penyembuhan proses peradangan pada jaringan lunak akibat trauma, peningkatan energi sel intrinsik bertujuan untuk menjaga sel dari keadaan patologis yang mengakibatkan menajdi nekrotik, pelepasan semua aktivitas perusakan menjadikan keadaan simptom bertambah buruk.

    Penatalaksanaan fisioterapi

          Pada area yang akan diobati dibersihkan dahulu dengan alkohol, kemudian area tersebut diukur misal area tersebut berukur 4 cm2 maka area tersebut dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing mempunyai luas 1 cm2 dan penempatan atau aplikasi probe harus tegak lurus dengan area yang diobati sehingga memberikan nilai absorbsi yang besar. Setelah parameter atau pengukuran atau aplikasi ditentukan berdasarkan pembagian  tadi, maka probe dapat ditempatkan sedikit kontak dengan kulit atau diberikan jarak dengan kulit sekitar 15 mm2 diatas permukaan kulit, namun probe tetap tegak lurus dengan area yang diobati.


    2.      Aneurisma
            Aneurisma adalah penyakit yang terjadi ketika bagian dari pembuluh darah (arteri) menonjol atau membengkak, baik karena struktur pembuluh darah yang rusak, atau karena ada kelemahan pada dinding pembuluh darah tersebut. Ketika aneurisma terjadi, maka pembuluh darah akan menggembung pada bagian tertentu.
    Beberapa prosedur diagnostik akan diperlukan untuk melihat adanya aneurisma, antara lain diperlukan pemeriksaan angiografi, CT scan, MRI, dan ekokardiografi. Aneurisma ditangani dengan obat-obatan dan operasi. Aneurisma yang berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala, maka tidak memerlukan pengobatan, hanya perlu pemantaun.
    Tujuan pengobatan anteursima antara lain :
    a.       Mencegah aneurisma bertambah besar
    b.      Mencegah atau membalikkan kerusakan struktur tubuh lainnya.
    c.       Mencegah atau mengobati pecah pembuluh darah akibat aneurisma.
    d.      Memungkinkan seseorang untuk terus melakukan kegiatan normal sehari-hari
    Penyakit Aneurisma memerlukan prosedur diagnostik untuk mengetahui ukuran dan letaknya, antara lain diperlukan pemeriksaan :
    a.       Scan Tomografi
      Scan Tomografi Terkomputerisasi (CT)
    Ketika aneurisma pecah, pendarahan biasanya terjadi pada ruang subaraknoid otak mengakibatkan hematoma subaraknoid (SAH). Ini terbaik didiagnosis dengan scan CT (Computer Tomography) otak. Ini dapat dilakukan dalam beberapa menit dan merupakan pilihan pemeriksaan. Lokasi darah subaraknoid pada scan CT dapat memberikan informasi yang berguna mengenai lokasi aneurisma dan defisit neurologis yang diakibatkannya.
    b.      Angiografi
      Angiografi adalah prosedur sinar x khusus yang menyediakan serangkaian gambar dari pembuluh darah di kepala dan leher. Angiografi mengidentifikasi ukuran, konfigurasi dan lokasi tepat aneurisma. Prosedur ini dilakukan sebelum operasi, dan seringkali beberapa hari setelah operasi, untuk mengevaluasi penempatan klip aneurisma. Angiografi melibatkan pemasukan tube fleksibel kecil, disebut kateter, ke dalam arteri, biasanya di selangkangan. Kateter bergerak melalui arteri ke pembuluh darah besar tepat di atas jantung. Setelah kateter di tempatkan, pewarna disuntikkan dan dibawa dalam darah ke arteri di dalam otak. Sejumlah gambar sinar x kemudian diambil, demikian menguraikan atau memetakan arteri dalam otak.
    c.       CT Angiografi (CTA)
      CTA adalah metode non-invasif, menggunakan teknologi CT, menguraikan arteri dalam otak. Sementara standar emas untuk mencari aneurisma tetap angiografi serebral, CTA memperoleh kepopuleran saat ini.
    d.      Penggambaran Resonansi Magnetik (MRI) and Angiografi MR (MRA)
      MRI adalah metode penggambaran otak terkomputerisasi dalam tiga-dimensi dengan menggunakan medan magnet yang kuat selain sinar x untuk mendapatkan gambar. MRI menghasilkan gambar otak yang lebih rinci dan jaringan lunak daripada CT sinar x biasa. Pemeriksaan ini kadangkala digunakan untuk melengkapi scan CT. MRA merupakan investigasi non-invasif lainnya, memanfaatkan teknologi MR, untuk menyusun arteri dalam otak. Dengan kualitas baik mesin MRI, resolusi tinggi dari arteri-arteri ini dapat diperoleh. Namun MRI, memerlukan waktu lebih lama untuk dilakukan dibandingkan scan CT.
                        Setelah dilakukan diagnosis, maka pemilihan pengobatan dilakukan demi mencegah pendarahan. Pilihan pengobatan terbaik seringkali disesuaikan, tergantung pada tempat, bentuk,  dan lokasi aneurisma. Usia pasien dan kondisi klinis juga faktor yang dipertimbangkan.
    ·         Terapi Bedah atau Klipping Bedah
      Klipping aneurisma otak dilakukan oleh ahli bedah syaraf. Akses melalui tengkorak diperoleh melalui kraniotomi (pembukaan melalui tengkorak, seringkali dengan bor / gergaji khusus). Dengan menggunakan mikroskop, ahli bedah syaraf kemudian dengan hati-hati menelusuri pembuluh darah yang terlibat untuk mencari aneurisma yang pecah. Satu atau lebih klip logam (biasanya terbuat dari titanium) kemudian ditempatkan di dasar, atau leher, aneurisma. Ini mengamankan aneurisma, mencegah darah dari memasuki aneurisma yang dinyatakan menyebabkan pecah kembali. Angiografi umumnya dilakukan setelah pembedahan untuk membayangkan penutupan aneurisma dan mempertahankan aliran darah normal dalam otak.
    ·         Terapi Endovaskular atau Koiling
      Koiling endovaskular adalah prosedur kurang invasif yang dilakukan oleh ahli bedah endovaskular. Kateter disisipkan melalui arteri di selangkang dan hati-hati lebih lanjut ke otak. Dengan melepaskan kumparan kecil ke aneurisma dari dalam, kemudian dikemas sedemikian sehingga aliran darah tidak dapat lagi mengalir ke dalam aneurisma, mencegah pecah kembali.
                        Penting untuk memahami bahwa kliping bedah atau koiling endovaskular mengamankan aneurisma untuk mencegah perdarahan kedua. Kerusakan yang disebabkan perdarahan semula masih belum teratasi. Pengobatan medis pasien diteruskan, untuk membantunya pulih dari segala kemungkinan kerusakan yang terjadi dan mencegah komplikasi lebih lanjut yang timbul. Ini sering memerlukan manajemen perawatan intensif.

    2.2 PROSEDUR TEKNOLOGI DALAM MENGATASI PENYAKIT PADA DARAH

                              Penyakit darah adalah kondisi yang memengaruhi salah satu atau beberapa bagian dari darah dan mencegah darah untuk bisa bekerja secara normal. Kelainan pada darah bisa bersifat akut maupun kronis, dan kebanyakan dari kondisi ini merupakan penyakit turunan. Kelainan darah ini sendiri akan berdampak kepada bagian-bagian dari darah tersebut, seperti sel darah merah (mengangkut oksigen ke jaringan tubuh), sel darah putih (bertugas melawan infeksi), platelet (bertugas membantu membentuk bekuan darah), dan plasma. Pengobatan serta prediksi perjalanan penyakit sangat bergantung kepada tingkat keparahan dan kondisi sel-sel darah itu sendiri. Berikut ini adalah kelainan pada darah, antara lain :
    1.      Leukemia
    Leukemia adalah gangguan produksi leukosit (sel darah putih) yang terlalu banyak. Leukimia dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak. Pada leukimia akut, kematian dapat terjadi dalam beberapa minggu. Pada leukimia kronik pasien dapat hidup beberapa tahun.
    Leukemia terbagi menjadi dua jenis, yaitu leukemia akut dan leukemia kronis. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila hal ini tidak segera diobati, maka dapat menyebabkan kematian dalam hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun. Leukemia dapat diatasi dengan melakukan pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
    Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
    ·         Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif
      Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.
    ·         Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia
      Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan bahan karsinogen agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia tersebut.
    ·         Mengurangi Frekuensi Merokok
      Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus leukimia disebabkan oleh merokok. Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang  bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukimia.
    ·         Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
      Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.
    Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat.
    1.      Diagnosis Dini
    a.    Pemeriksaan fisik
    b.      Pemeriksaan Penunjang
      Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
    ·         Pemeriksaan darah tepi
    ·         Pemeriksaan sumsum tulang
    2.      Penatalaksanaan Medis
    a)      Kemoterapi
    Kemoterapi pada Penderita Leukemia Limfositik Akut
          Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua orang.
    ·         Tahap 1 (Terapi Induksi)
    Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
    ·             Tahap 2 (Terapi Konsolidasi/ Intensifikasi)
    Tahap ini bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
    ·         Tahap 3 ( Profilaksis SSP)
    Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
    ·         Tahap 4 (Pemeliharaan Jangka Panjang)
    Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
    Kemoterapi pada Penderita Leukimia Mielositik Akut
    ·         Fase induksi
    Fase induksi bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi komplit.
    ·         Fase konsolidasi
    Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
    Kemoterapi pada Penderita Leukemia Limfositik Kronik
          Terapi untuk leukemia limfositik kronik jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan stadium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium 3 atau 4 rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
    Kemoterapi pada Penderita Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau  Leukemia Mielositik Kronik (LMK)
    ·         Fase Kronik
    Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
    ·         Fase Akselerasi
    Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
    b)   Radioterapi
          Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat
    c)   Transplantasi Sumsum Tulang
          Transplantasi sumsum tulang merupakan prosedur dimana sumsum tulang yang rusak digantikan dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Transplantasi sumsum tulang dapat menggunakan sumsum tulang pasien sendiri yang masih sehat. Transplantasi sumsum tulang juga dapat diperoleh dari orang lain. Transplantasi sumsum tulang dilakukan agar pasien tersebut dapat diberikan pengobatan dengan kemoterapi dosis tinggi dan atau terapi radiasi. untuk mengerti kenapa transplantasi sumsum tulang diperlukan, perlu mengerti pula bagaimana kemoterapi dan terapi radiasi bekerja.. Tanpa sumsum tulang yang sehat, pasien tidak dapat memproduksi sel-sel darah yang diperlukan. Sumsum tulang sehat yang ditransplantasikan dapat mengembalikan kemampuan memproduksi sel-sel darah yang pasien perlukan. Terapi terfokus untuk menyerang bagian-bagian rentan dalam sel-sel kanker.
    d) Terapi biologis untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel-sel kanker,
    2.      Varises
    Varises adalah pembuluh darah vena. Biasanya pada anggota tubuh bawah (misalnya betis). Varises disebabkan oleh menurunnya elastisitas pembuluh vena (misalnya karena terlalu lama berdiri atau memakai sepatu berhak tinggi yang memaksa vena bekerja lebih berat). Penumpukan darah di dalam pembuluh vena terjadi akibat melemahnya atau rusaknya katup vena. Pembuluh vena berfungsi mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Di dalam pembuluh vena, ada katup yang berfungsisebagai pintu satu arah agar darah yang sudah melewatinya tidak dapat kembali lagi. Lemah atau rusaknya katup vena menyebabkan terjadinya arus balik darah dan penumpukan darah di dalam pembuluh vena. Penumpukan inilah yang kemudian menyebabkan pembuluh tersebut melebar.
    Ada berbagai metode untuk mengatasi varises, yaitu
    a.       Kimia ablasi (Skleroterapi)
    Dalam menjalankan prosedur ini, dokter akan menyuntikkan bahan kimia ke dalam vena yang rusak, sehingga menutup aliran darah dalam pembuluh darah yang terluka. Prosedur ini biasa dilakukan pada pasien rawat jalan.
    b.      Frekuensi radio (menggunakan energi panas) atau ablasi laser
    Dokter memeriksa vena menggunakan ultrasound dan melakukan tusukan di dekat lutut. Dalam nada ke kateter selangkangan. Di ruang antara vena dan kulit disuntikkan bius lokal. Kemudian kateter dihubungkan ke generator frekuensi radio atau laser. Paparan panas atau energi cahaya menutup aliran darah dalam pembuluh darah.
    c.       Operasi pengangkatan vena
    Dokter mengangkat vena menggunakan kawat panjang. Struck Wina akan melekat pada kawat ini, dan kemudian diambil.
    d.      Melepaskan vena besar (phlebectomy)
    Operasi ini digunakan untuk menghapus vena besar yang tidak dapat diekstraksi. Dokter membuat banyak sayatan kecil di daerah varises. Struck Wina akan terhubung atau dihapus

    2.3 PROSEDUR TEKNOLOGI DALAM MENGATASI PENYAKIT PADA JANTUNG

                     Seperti yang kita ketahui, jantung merupakan organ penting dalam tubuh kita yang berfungsi untuk memompa dan mengalirkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi penting lainnya ke seluruh tubuh. Ketika salah satu bagian jantung mengalami gangguan, maka fungsi kerja jantung akan terganggu dan secara otomatis fungsi kerja organ lainnya akan terganggu. Macam-macam penyakit jantung antara lain :
    1.      Penyakit Jantung Koroner
    Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terjadi karena rusaknya dinding pembuluh darah karena beberapa faktor resiko seperti radikal bebas yang terkandung dalam rokok dan polusi, kolestrol tinggi, hipertensi, diabetes, kebiasaan merokok dan sebagainya. Kolestrol yang menimbun di dinding bagian dalam pembuluh darah, dapat mengakibatkan pembuluh darah mengalami penyempitan dan aliran darahpun menjadi tersumbat. Akibatnya fungsi jantung terganggu karena harus bekerja lebih keras untuk memompa aliran darah. Seiring perjalanan waktu, arteri-arteri koroner makin sempit dan mengeras.
    Memperbaiki pola hidup saja terkadang tidak cukup untukl menangani penyakit jantung. Oleh karena itu, dokter juga biasanya menganjurkan penggunaan obat-obatan atau prosedur operasi untuk mengatasi penyakit ini.
    a.       Statin
    Obat ini berfungsi menurukan kadar kolesterol dalam tubuh sehingga dapat memperlambat perkembangan penyakit jantung.
    b.      Antiplatelet
    Obat ini berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah yang menyebabkan serangan jantung.
    c.       Anti-hipertensi dan Obat Diabetes
    Jika obat sudah tidak efektif untuk mengatasi gejala-gejala yang dialami, dokter akan menganjurkan prosedur operasi.
    a.       Intervensi Jantung Perkutan (PCI)
    Operasi ini bertujuan untuk memperlebar arteri jantung yang mengalami penyempitan. Prosedurnya dilakukan dengan memasukkan cincin (stent) ke arteri jantung yang menyempit melalui proses angiografi koroner atau kateterisasi jantung.
    b.      Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG)
    Prosedur operasi ini meliputi penanaman pembuluh darah dari anggota tubuh lain untuk membuka rute baru bagi aliran darah ke jantung sehingga suplai darah mencukupi. Penderita diabetes, pasien lanjut usia dan yang mengalami penyempitan pembuluh darah dianjurkan untuk menjalani CABG daripada PCI.
    2.      Infark Miokard (IM)
    Infark miokard yang umumnya dikenal sebagai serangan jantung, terjadi ketika sekolompok otot jantung mati karena penyumbatan mendadak dari arteri koroner (trombosis koroner). Hal ini biasanya disertai dengan nyeri dada luar biasa dan sejumlah kerusakan jantung. Faktor yang menyebabkan terjadinya IM adalah karena kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, terjadi infeksi Chlamydia pneumoniae, hipertensi sistemik, obesitas, kurang olahraga, dan diabates.
    a.       Angioplasti
      Tindakan non-bedah ini dilakukan dengan menbuka arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasti kateter dengan balon pada ujungnya dimasukkan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran darah. Pada angioplasti, dapat diletakkan tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya agar tetap terbuka.
    b.      CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
      Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju sel-sel otot jantung. Hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode pengobatan CABG, yaitu
    ·         Mematuhi manajemen terapi lanjutan di rumah baik berupa obat-obatan maupun mengikuti program rehabilitasi
    ·         Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya menghindari rokok, menurunkan berat badan, dan meningkatkan aktivitas fisik.
    BAB III
    PENUTUP
    3.1   KESIMPULAN
      Dewasa ini, sering terjadi kelainan atau penyakit pada sistem peredaran darah manusia seperti pembuluh darah, darah, dan jantung yang disebabkan oleh faktor-faktor modifikasi akibat kebiasaan tidak baik serta non-modifikasi seperti faktor usia. Penyakit yang biasanya terjadi pada peredaran darah adalah penyakit Raynaud dan Aneurisma, pada darah yaitu leukimia dan varesis, sedangkan pada jantung cenderung terjadi jantung koroner dan infark miokard. Namun, seiring berkembangnya zaman, telah ditemukan metode yang dapat mengobati penyakit tersebut melalui kecanggihan prosedur teknologi, misalnya metode infra merah, ultrasound theraphy, transplantasi sumsum tulang, maupun CABG (Coronary Artery Bypass Grafting). Dengan demikian, penyakit pada sistem peredaran darah manusia ini dapat ditanggulangi dengan menghindari faktor pemicu penyakit serta dengan teknologi yang telah dikembangkan.
    3.2 SARAN
    Walau teknologi dalam pengobatan penyakit pada sistem peredaran darah telah berkembang, sebaiknya selaku umat manusi kita harus selalu menjaga karunia Allah SWT atas nikmat kesahatan yang telah diberikan-Nya dengan menjauhi diri dari faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit dan senantiasa menyibukan diri melalui aktivitas yang baik bagi kesehatan jasmani dan rohani.

    DAFTAR PUSTAKA Makalah Teknologi Mengatasi Kelainan atau Penyakit pada Sistem Sirkulasi

    http://kardiovaskulararninda.blogspot.co.id/2012/02/infark-miokard.html?m=1
    http://omedicine.info/id/lechenie-varikoznogo-rasshireniya-ven-na-nogakh.html
    http://www.alodokter.com/penyakit-jantung/pengobatan
    http://www.alodokter.com/varises
    http://wishnusubroto.blogspot.co.id/2010/06/raynauds-disease.html
    https://web.docdoc.com/id/info/condition/pembengkakan-pembuluh-aorta
    https://www.klikdokter.com/healthnewstopics/berita-terkini/transplantasi-sumsum-tulang-untuk-penderita-leukimia

    Irnaningtyas. 2014. BIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar